Thursday, November 27, 2008

BUNTUT BSE


Sampai hari ini, Buku Sekolah Elektronik (BSE) masih menimbulkan masalah. Jika di awal – awal kemunculannya, BSE sulit untuk diunduh karena kapasitas file yang besar, ketiadaan jaringan internet yang memungkinkan untuk mengunduhnya hingga upaya penggandaan, kini masalah itu merembet ke industri percetakan dalam negeri.
Sebenarnya, hal ini sudah diprediksi oleh sejumlah kalangan. Namun baru sekarang permasalahan ini mengemuka. Karena, yang sebenarnya terjadi, penerbit sampai saat ini mengandalkan kelangsungan hidupnya dari buku – buku pelajaran. Memang judul buku pelajaran tidak sebanyak judul buku umum, namun dari segi oplah, buku pelajaran jauh mengungguli buku umum.
Bisa jadi permasalahan yang kemudian timbul saat ini tidak diprediksikan sebelumnya oleh pembuat kebijakan Buku Sekolah Elektronik. Pelajaran yang bisa kita ambil bagi kita semua adalah semua keputusan yang melibatkan hajat hidup orang banyak harus benar – benar dipertimbangkan. Sikap terburu – buru hanya akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari. BSE salah satunya.

Wednesday, November 26, 2008

HARI GURU


Seperti tahun lalu, hari guru masih berhiaskan demonstrasi oleh guru di berbagai tempat. Dan yang diusung juga masih sama, kesejahteraan kehidupan guru. Guru tidak sejahtera bukan barang baru lagi. Masih lantang terdengar tentang guru yang menerima gaji 300an ribu rupiah perbulan. Padahal mereka adalah tumpuan keluarga. Beristri dan beranak, kadang lebih dari satu.
Kita berbicara tentang guru – guru non PNS. Guru – guru yang mempunyai beban yang sama dengan guru – guru lainnya, termasuk guru – guru PNS. Guru – guru itu memiliki kewajiban yang sama. Mereka juga mengemban amanat mencerdaskan kehidupan bangsa. Mendidik anak – anak Indonesia. Tapi jerih payah mereka tidak mendapatkan imbalan yang sesuai.
Sampai kapan guru – guru kita dininabobokan dengan slogan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”? “Mereka menunaikan tugas yang luhur meskipun dalam keterbatasan”? Ada hubungan antara gaji guru dengan keberhasilan pendidikan. Tentu gaji yang cukup akan berdampak pada dedikasi mereka terhadap pendidikan. Mudah – mudahan tahun depan tak terdengar lagi berita tentang guru yang berdemonstrasi pada tanggal 25 Nopember.

Monday, November 24, 2008

MENONTON FILM KARTUN


Akhir – akhir ini banyak sekali aksi penculikan anak – anak. “Karena itulah saya selalu melarang anak – anak saya keluar dari rumah”, kata bu Ari di sebuah acara arisan sore itu. Luar rumah menjadi semakin tidak aman bagi anak – anak. Wajar jika banyak orang tua yang merasa khawatir jika mereka membiarkan anak – anak mereka bermain di luar rumah.
“Apa anak – anak bisa diam jika di dalam rumah? Anak – anak saya selalu bikin rumah seperti kapal pecah kalo mereka bermain di dalam rumah lho jeng?!” Tanya bu Ira. “Gampang, puterin aja film kartun. Mereka pasti diam. Duduk anteng melihat televisi”, bu Ari menjawab dengan semangat. Semua ibu – ibu mengiyakan. Benar juga ya. Bukankah televisi memang dibuat untuk konsumsi anak –anak?
“Tapi ibu – ibu,” kini bu RT yang angkat bicara “Film kartun bukannya aman bagi anak – anak kita. Cobalah ibu – ibu sekali – sekali melihat film – film kartun itu. Pasti isinya tidak jauh – jauh dari kekerasan dan takhayul. Jarang ada film kartun yang baik. Film kartun seperti ini akan membuat anak – anak kita menirunya tanpa sadar. Dan ini berbahaya.”
“oh iya ya” ibu – ibu itu mengiyakan sambil berpandang – pandangan satu sama lain.
“Kalau begitu, bagaimana solusinya bu RT?”
“Mari kita biasakan diri kita membaca dan menyuruh anak – anak kita agar gemar membaca. Membaca jauh lebih aman daripada menonton televisi. Tapi bukan berarti bermain di luar rumah tidak penting lho ibu – ibu. Karena bermain dengan teman sebaya akan membantu mengembangkan kehidupan sosial anak.”

Saturday, November 22, 2008

TRUK MENABRAK POHON


Sebuah truk bermuatan kayu menabrak pohon di tepi jalan yang dilebarkan. Saya juga baru mengetahui hal ini beberapa menit lalu. Pagi tadi saya berangkat ke sekolah menumpang bis yang menurunkan saya pas beberapa meter dari jalan yang dilebarkan itu. Lalu saya berjalan kaki menaiki bukit yang tembus ke jalan raya, menunggu di sana bis – bis operan.
Namun saat pulang sekolah, siang ini, saya membonceng teman yang bersepeda motor melalui jalan yang dilebarkan. Maka dari itulah saya tahu jika ada sebuah truk bermuatan kayu yang menabrak pohon tepi jalan. Namun herannya, mengapa truk bermuatan berat seperti itu diijinkan melewati jalan yang licin berlumpur? Padahal bis – bis angkutan umum tidak diperbolehkan. Bis dari bawah hanya berhenti beberapa meter dari jalan yang dilebarkan itu lalu penumpang dioper ke bis – bis lain yang sudah menunggu di seberang jalan yang berlumpur dan licin.
Saya bertanya ke teman – teman yang melewati jalanan itu dengan bersepeda motor pagi tadi, dan tak ada satupun yang tahu perihal truk yang menabrak pohon. Berarti kejadian ini baru saja terjadi.
Perkiraan saya, truk tadi meluncur tak terkendali karena jalanan yang licin dan langsung menabrak pohon di tepi jalan. Kepala truk itu hancur. Saya tidak tahu perihal sopirnya. Yang jelas, truk itu terguling miring dengan kepala remuk menabrak pohon.




Friday, November 21, 2008

MASIH MACET


Hari ini saya tidak jadi mengajar. Jalanan untuk sampai ke sekolah macet. Masih di tempat yang sama sebuah truk sarat muatan selip karena kondisi jalan rusak, licin dan berlumpur. Posisi truk yang menyimpang menutupi jalan. Saya yang naik angkutan umum menunggu dalam bis jika saja truk itu bisa diangkat dari tengah jalan dan semua kendaraan yang berbaris itu bisa berjalan. Tapi sia – sia. Satu jam menunggu, mobil tidak juga beringsut. Saya dan beberapa teman lain memutuskan untuk pulang dan tidak mengajar hari ini.





Thursday, November 20, 2008

MACET


Siang ini giliran saya dan tiga guru lain untuk memberikan les tambahan bagi anak – anak kelas Sembilan yang akan segera menghadapi ujian nasional. Les tambahan ini berakhir jam setengah tiga sore.
Setelahnya, kami menunggu angkutan yang akan membawa kami pulang. Cukup lama juga, setengah jam kukira. Setelah tiba juga akhirnya, saya masih harus berdiri di dalam angkutan itu karena kursi telah penuh.
Setengah perjalanan, tiba – tiba bis menghentikan lajunya. Kulihat antrian panjang mobil di depan. Ternyata jalanan macet oleh dua buah trailer-pengangkut material untuk pembangunan PLTU-yang berpapasan dengan Truk pengangkut sembako. Jalanan yang rusak dan sempit membuat kendaraan – kendaraan besar itu tidak bisa dengan mudah berpapasan. Macet lah akhirnya.
Empat puluh lima menit macet. Dan saya sampai di rumah cukup sore.




PENDAFTARAN CPNS


Mendapatkan kabar dari pendaftaran CPNS di Bojonegoro membuat saya terisak. Tiga ribuan orang berdesak desakan untuk mendapatkan nomor ujian CPNS. Baru saja berlalu dari pandangan kita tentang orang – orang yang mati ketika antri untuk mendapatkan zakat dari seorang juragan di Jawa timur. Kini di Jawa timur pula kita mendapatkan antrian berdesakan untuk mendapatkan nomor ujian.
Saya membayangkan sebuah kemungkinan buruk masa depan kita. Akankah anak cucu kita kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak?
Bersyukurlah kita hari ini, mudah – mudahan Alloh merubah keadaan kita kelak




Tuesday, November 18, 2008

MONSTER DI RUMAH KITA


Siswi sebuah sekolah kedapatan hamil. Aib ini tentu mencoreng muka semua praktisi pendidikan. Lalu, seorang guru dengan teman guru lainnya, kedapatan selingkuh. Di sekolah. Ini tidak lagi mencoreng muka praktisi pendidikan. Ini sudah melumuri tahi muka praktisi pendidikan.
Semakin hari, kasus serupa ini semakin merebak. Siapa yang perlu kita salahkan? Liriklah monster di rumah kita. Di ruang keluarga kita yang terus berbicara tanpa henti dan kita malah setia mengikuti petuahnya.





DEMI PERBAIKAN


Seorang guru yang rajin, berdedikasi, disiplin dan terus meng-update ilmunya. Dia disegani setiap guru lain. Namun beberapa saat lalu dia berubah. Dia masih rajin, berdedikasi, disiplin dan terus meng-update ilmunya. Namun dia kini mulai mencela, menggunjing dan terus menerus mengkoreksi teman gurunya yang lain, yang dia anggap tidak sebaik dirinya.
Jerih payah yang ia lakukan dalam membina dirinya, kesimpulan saya, tidak lah untuk digunakan sebagai upaya perbaikan mutu pendidikan, namun hanya untuk modal mencela dan merendahkan teman guru yang lain. Yang memang belum sebaik dirinya.
Sayang. Kebaikan yang ia lakukan tidak akan membawa perbaikan.




Thursday, November 6, 2008

DOLANAN


Di halaman tetanggaku yang lapang, tiap siang sehabis sekolah, dulu kami berkumpul bersama. Menanti jumlah kami cukup untuk bermain betengan. Permainan yang mengasyikkan ini membutuhkan dua kelompok yang mempertahankan daerah kekuasaan masing – masing, sebuah pohon, dari serangan musuh. Juga berusaha agar anggota kelompok tidak tertangkap dan ditawan oleh musuh sehingga mengakibatkan kekalahan. Permainan kejar – kejaran untuk menangkap dan menyerang daerah pertahanan musuh ini sangat menyehatkan. Biasanya, kami mengakhiri permainan setelah berpeluh.
Malam hari, saat malam berpurnama, kami bermain delungan. Masih di pelataran tetangga yang luas itu. Satu orang yang menjaga pohon agar tidak tersentuh teman – temannya yang bersembunyi di kegelapan malam yang temaram oleh sinar bulan, sambil berusaha menemukan persembunyian teman – teman itu. Seperti betengan, permainan ini juga sangat mengasyikkan.
Satu hal yang harus kita cermati, permainan tradisional seperti ini mempunyai banyak keuntungan. Pertama, menyehatkan badan. Kedua, terjalin pergaulan sosial yang baik bagi perkembangan mental.
Namun, kini permainan itu tidak ada lagi. Tanah lapang semakin sulit ditemui. Dan sepertinya, jika pun tanah lapang tersedia, pasti tidak ada anak – anak yang akan memainkannya karena mereka lebih sibuk dengan video games dan menonton televisi. Sangat memprihatinkan kita semua.




Wednesday, November 5, 2008

ASI DAN KEBERHASILAN PENDIDIKAN


Ibu – ibu masa kini kebanyakan memiliki waktu yang sempit akibat banyaknya jumlah dari mereka yang bekerja dan beraktivitas di luar rumah yang sangat menyita waktu. Yang terjadi, aktivitas di luar rumah menjadi aktivitas primer, sedangkan mengurus rumah menjadi aktivitas kedua yang baru dipenuhi setelah aktivitas pertama selesai dilakukan.
Karena hal inilah banyak ibu – ibu yang kemudian tidak menyusui anak – anak mereka karena mereka dituntut untuk segera bekerja. Urusan anak – anak banyak diserahkan kepada pembantu rumah tangga dan ASI digantikan susu formula. Padahal, sebagus apapun kualitas susu formula, tetap ia tidak akan dapat menggantikan kualitas air susu ibu.
Terlebih, beberapa penelitian menyebutkan bahwa asupan ASI yang mencukupi dapat meningkatkan IQ. Menurut konsultan laktasi, dr Utami Roesli, SpA, anak yang disusui ASI, IQ-nya lebih tinggi 12,9 poin pada usia 9 tahun.
Maka sangat disayangkan jika masih saja ada ibu – ibu yang tidak juga memberikan ASI kepada anak – anak mereka karena alasan kesibukan. Lebih disayangkan jika mereka menghindari memberikan ASI kepada anak – anak mereka karena alasan kecantikan.
Manfaat ASI tidak habis – habis diteliti. Penelitian terakhir menyebutkan bahwa seorang ibu yang mencukupi asupan ASI bayinya tidak pernah melaporkan adanya masalah perilaku dan mental pada anaknya selama lima tahun fase pertumbuhannya. Namun, ditemukan anak yang cuma disusui selama dua bulan berpotensi berperangai buruk dibanding anak yang ditunjang ASI selama satu tahun.
Kita berharap pemerintah menerapkan regulasi berkenaan pemberian ASI ini. Karena jelas – jelas pemberian ASI yang cukup memiliki andil dalam membentuk generasi masa depan yang lebih dapat diharapkan.




Monday, November 3, 2008

BANGGA BERBAHASA INDONESIA


Kini semakin sedikit orang Indonesia yang bangga dengan bahasanya. Banyak dari mereka yang memilih menggunakan bahasa Inggris karena bagi mereka bahasa ini lebih baik daripada bahasa Indonesia.
Padahal banyak orang dari luar negeri yang belajar bahasa kita ini karena kagum akan fungsinya sebagai bahasa persatuan.
Nampaknya kita belum bisa menghargai apa - apa yang kita miliki.



Sunday, November 2, 2008

BREAK THE BUSTLE


I do not post new articles on education in this blog for a long time. I'm too busy, at least, that’s the reason that I proposed to myself. The burden of work accumulates at this time. Then, I will move to new house in a moment. Many of time needed to resolve the various issues that must be done and must be fulfilled immediately. So, my blog is neglected.
One time, I shared with a friend on the unstopped bustle. I say; when will I get spare time for reading books such as the young? When will I get enough time to be able to write articles, small books, or daily record?
Some friends say that it's experienced by all people. We have leisure when we were young. But when going adults, being married, having children, many of time spent to get subsistence, to educate and to keep the children. It’s reasonable if we can not do things - like when we were young.
Is this a phase that must be passed by each person? All have been determined as it does not need to be mentioned?
I almost accept the opinion, until a teacher said to me that we actually have much spare time we can take advantage to do various things that are useful. Only, he said, we are often less smart to set the time so it can be used well.
He then told stories about leaders of the past era who left their names in history as the people with the extraordinary ability to do. Useful even for people at the present time. I nodded, confirming nod. It is not wrong.
Then why the leaders in the past were able to do big things but we cannot? The facilities of the past and today are much different. In the past, there had been no electricity, no quick vehicles, the book was still minimal, many scientists walked for months to find a qualified teacher in the field to study to him. However, they could write hundreds volumes of books, laying the foundation for modern science. Why? I asked.
Because the facilities that we enjoy now, is a blessing and a curse for us at once, he replied. Facilities do not help us but only make us lazy to work hard. Indolence is one that can deface human potential.
After that I pondered the words of my friend. I remember what I do during my days that I call them as full of bustle days. And I know that I have much spare times. And that is true; I am not that kind of busy man.
I teach a maximum of half an hour until lunch. After that I go home. Until getting the house, while lunch, I can still read the book. Even after lunch, while maintaining my children playing, I still have some time to read up ashar time.
After ashar, after my children take a bath and usually eat their dinner with their mother, I could write one or two paragraphs. After Maghrib, I still have time to teach my children to read the Koran and read Latin letters. After ISYA ', after my children sleep, I can still continue to read books or write. Still plenty of time, until I can’t open my eyes.
In fact, I wasted a lot of free time only to watch television, sitting and chatting not important things and I can still say that I am really busy.


You can read the Indonesian version here